Text
Segenggam daun di tepi la seine saat kesetiaan dan petualangan bertentangan
Hidup di Paris menjadi tak sama lagi sejak Ajeng menemukan sebentuk cincin di balik segenggam daun. Bahasa, makanan, dan budaya yang berbeda menjadi kesehariannya yang baru. Ajeng mulai menikmati semuanya di samping Yves tercinta.rnrnTapi, satu per satu masalah datang. Ajeng berkali-kali goyah akan kesiapannya menikah dengan Yves. Belum lagi godaan yang datang dari sosok flamboyan, si ganteng Alain. Sifat Alain yang antiterikat dan spontan terasa lebih sesuai bagi Ajeng. Di antara Menara Eiffel, Moulin Rouge, pantai nudis, sampai swinger club, bisakah Ajeng mengontrol dirinya dan tetap setia?rnrnSegenggam Daun di Tepi La Seine mengajak pembaca ikut dalam usaha Ajeng menjadikan Prancis sebagai negara keduanya. Dia tidak hanya mengunjungi Kota Cahaya tetapi juga berkenalan dengan bayangannyarnseperti Klub Libertin. Un beau roman!rnJohanna Lederer, Pr�sidente de l'association franco-indon�siennernPasar Malam ParisrnrnA-must-read-novel. Kisah cinta pasangan beda bangsa yang membuat saya deg-degan dan gemas, sekaligus sambil berpetualang ke tempat tabu yang tak ditemui di Tanah Air.rnInda Duzih-Pitkanen, Pendiri dan Ketua Komunitas Kawin CampurrnrnNovel yang berbicara tentang cinta, kesetiaan, dan latar belakang keluarga. Mengingatkan kita bahwa sejatinya untuk menyayangi pasangan hanya terjadi bila kita mencintai diri sendiri.rnAjeng Raviando, Psikolog dan Pengasuh rubrik Ask Ajeng danrnKonsultan berbagai acara talkshow televisi.rnrnNovel populer yang mencoba menjembatani perbedaan budaya Indonesia dan Prancis. Kisah yang menarik dan membuat kita sadar bahwa dunia tidak selebar daun kelor.rnLenah Susianty, Penerjemah dan Pendiri Aliansi Jurnalis Indonesia
190670 | 899.221 WUW s | (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain